PSSIJATIM- Asprov PSSI Jatim menggelar Workshop Pelatih Kepala Liga 3 Jawa Timur di Hotel Quest, Surabaya, pada Rabu (20/10). Workshop pelatih ini digelar guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelatih yang akan menangani tim Liga 3 Jawa Timur musim 2021.
“Menjelang Liga 3 ini, kami melakukan penyegaran. Salah satunya refreshment wasit dan asisten yang kemarin dan sampai hari ini masih berjalan di Hotel 88.
Dan sekarang Workshop pelatih kepala Liga 3,” kata Dyan Puspito Rini, Sekretaris Asprov PSSI Jatim.
Menurutnya, ini sejalan dengan program yang dicanangkan Ketua Asprov PSSI Jatim Ahmad Riyadh pada Kongres PSSI beberapa waktu lalu di Hotel Sheraton, Surabaya.
Saat itu, orang nomor satu di Asprov PSSI Jatim ini menitikberatkan kepada dua hal, yakni youth development dan Coacing for coaches, atau pelatihan untuk pelatih Liga 3 Jatim.
Untuk workshop kali ini, wanita yang akrab disapa Ririn ini menyebutkan bahwa pelatihan kali ini merupakan puncak dari Workshop pelatih yang digelar PSSI Jatim.
“Ada tiga tahapan pelatihan yang digelar PSSI Jatim untuk pelatih. Yakni pelatihan bagi pelatih level dasar, medium, dan kali ini pelatih Liga 3 yang menjadi ujung dari kompetisi amatir di Jawa Timur,” paparnya.
Ririn mengatakan, kegiatan ini digelar secara rutin setiap tahun sebelum Liga 3 Jatim digelar. “Tahun depan, mulai Januari (2022) akan ada banyak pelatihan. Karena program ini golnya bukan untuk jangka pendek, tapi medium dan jangka panjang. Pelatih-pelatih Jawa Timur harus terus diupdate keilmuan dan kemampuannya agar
nantinya pelatih-pelatih di Jatim banyak menyumbangkan pemain yang kelak menjadi tulang punggung timnas pada masa datang.
Dia menyatakan, pelatih Jawa Timur harus bisa bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Artinya, ke depan seorang pelatih tidak bisa bergantung pada materi pemain saja, tapi juga kemampuannya sendiri dalam meracik tim dan game tactical.
“Pemain ini kan berkorelasi erat dengan pelatih. Kalau pelatihnya tidak diupdate, apa yang akan kita ajarkan ke pemain. Mengubah kebiasaan para pemain tidaklah mudah, maka dibutuhkan pelatih yang kompeten dan cepat beradaptasi dengan metode melatih terbaru,” paparnya.
Selain itu, pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ada materi-materi baru yang berbeda dibanding sebelum pandemi. Di antaranya perbedaan perilaku dan kebiasaan dalam sepak bola. Hal ini dinilai penting untuk diketahui seorang pelatih yang akan menangani tim di masa pandemi.
“Kalau dulu, pelatih tidak perlu memikirkan protokol kesehatan. Sekarang, tentu harus menerapkan prokes. Itu satu beban tambahan buat pelatih. Membiasakan dan meyakinkan atlet bahwa prokes menjadi tanggung jawab pribadi pemain bukanlah sesuatu yang mudah,” katanya.
Bukan hanya itu, menurutnya pelatih harus memperhatikan sisi psikologis atletnya karena bermain tanpa penonton itu rasanya akan berbeda. Sebab pemain bisa tak mendapatkan atmosfer bertanding yang sebenarnya, meski sebetulnya yang nonton mereka bertanding di layar kaca sangat banyak.
Kemudian, recovery pemain agar imunitas tubuhnya tetap terjaga usai bertanding juga harus menjadi perhatian karena itu sangat penting di masa pandemi seperti sekarang.
Senada dengan Ririn, Anggota Bidang Teknik dan Pengembangan Asprov PSSI Jatim, Joko Susilo, mengatakan melalui workshop kali ini pelatih-pelatih tim kontestan Liga 3 Jatim musti beradaptasi dengan banyak kebiasaan baru, terutama menyangkut prokes.
“Ada banyak perbedaan. Mulai persiapan, perekrutan pemain, ekspektasi penonton, ekspektasi pengurus, dan tentunya prokes. Semuanya tidak sama dengan sebelum pandemi. Ini harus diketahui para pelatih Liga 3 Jatim,” jelasnya.
Selain, menurut Joko yang tak kalah penting adalah regulasi permainan yang semuanya berubah. Karena jika tidak cepat beradaptasi, pertandingan bisa terkendala. Maka itu, Joko berharap para pelatih memahami semua itu dan mengantisipasinya. Supaya laga berjalan lancar dan hasilnya juga baik.
“Perbedaan itu bisa dirasakan mulai saat rekrutmen pemain. Karena di masa pandemi ini lebih sulit mendapatkan pemain yang sudah menjadi incaran kita. Karena semua tim saling berebut, sementara stok yang ada tidak sesuai dengan keinginan kita sebagai pelatih. Ini yang saya rasakan saat menangani tim Liga 1 maupun Liga 2,” papar Joko.(zal/rak)
KOMENTAR