MAGETAN – Tidak tampilnya Persemag Magetan di ajang Liga 3 Kapal Api PSSI Jatim tahun ini disesalkan kalangan dewan. Terlebih jika penyebabnya hanyalah masalah finansial. Hal tersebut dinilai lagu lama yang jadi dalih setiap tahun.
‘’Kalau selalu masalah finansial dikeluhkan ya seterusnya tidak bisa ikut kompetisi dong,’’ ujar anggota Komisi D DPRD Sutikno, Rabu (10/5).
Sutikno menyebut, masalah finansial karena adanya Permendagri No. 22/2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah memang menghambat. Salah satu poin menyebut bahwa pendanaan organisasi cabang olahraga (cabor) profesional tidak dianggarkan dalam APBD.
Melainkan menjadi tanggung jawab induk organisasi cabor yang bersangkutan. Ini dijadikan pelecut semangat untuk menggali dana dari pihak swasta.
‘’Makanya perlu upaya dan kerja keras untuk mencari sokongan dana,’’ katanya.
Menurut Sutikno, pemkab harus lebih peka dengan vakum menahunnya Persemag dalam kompetisi. Sebab, sepak bola menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari rakyat. Pemkab harus punya terobosan untuk menarik para investor.
Demi mewujudkan itu, lanjut dia, perlu pemikiran kreatif. Salah satunya menghidupkan klub-klub dengan membuat turnamen berdasar kelasnya. Juga mengagendakan invitasi untuk kategori anak-anak.
‘’Pasti didukung dari kalangan suporter seperti Magmania, Kabut Lawu dan Magetan Fans,’’ sebutnya.
Diakuinya, upaya tersebut perlu kesabaran, berjenjang, dan berkesinambungan. Tidak putus di tengah jalan. Dia mencontohkan turnamen Macan Lawu Cup 2016 yang diharapkan bisa diselenggarakan kembali tahun ini.
Tidak hanya inovasi kegiatan sepak bola, kata Sutikno, pemkab juga perlu mencoba pendanaan dari segmen lainnya. Dia sepakat jika sokongan dana bisa dilakukan dengan konsorsium BUMD atau BUMN.
Salah satunya dengan memanfaatkan dana corporate social responsibility (CSR). Sutikno meyakini jika hal itu sangat mungkin diterapkan. Pun menjadi solusi dari keterbatasan penggunaan APBD.
‘’Memang betul semua tinggal di pimpinannya. Memperjuangakan Persemag atau tidak,’’ ucapnya.
Politikus Partai PAN ini menilai Askab seharusnya tidak sekadar berpangku tangan. Melainkan aktif berkoordinasi dengan KONI. Keduanya harus terlibat dalam merumuskan program yang baik dan terperinci.
Begitu juga dengan KONI yang harus bisa detail dalam mengumpulkan rencana kerja masing-masing cabang olahraga (cabor) yang dibawahi. Termasuk kebutuhan anggaran ketika menggelar kompetisi internal, antarkabupaten, regional Jatim.
‘’Tujuannya agar orientasi pembinaan pemain muda saat ini bisa maksimal,’’ pungkasnya. (cor/isd/jprm)
KOMENTAR